Dreams (Part9)

Cerita Sebelumnya

Eleuh.. eleuh Badrun, pilot? Aduh gusti cucu nenek dan kakek cita-citanya tinggi.”Diusapnya rambut Badrun sambil bergeleng-geleng tak percaya.

Bagaimana nek?kek?tanya Badrun dengan keadaan muka yang sedikit pucat seperti menahan lapar.”Sang kakek masih terpatut bisu mendengarkan celotehan Badrun”.

Badrunn… Panggil sang kakek dengan mata berkaca-kaca haru seraya berkata kepada cucu kesayangannya itu “Pergilah kau Badrun” dengan intonasi tegas.Hah..pergi? Kakek mengusir Badrun? ‘Jawab Badrun’. “Dengan raut wajah sedih serta bibir yang gemetar”. Eh.. Naha Badrun kakek belum selesai bicara.”Jawab sang kakek”. Iya ih kakek teh kunaon, itu teh Badrun lagi minta restu kita, dia punya cita-cita tinggi harusnya teh di dengerin kek ini malahan di suruh pergi.”Sambar sang nenek nyeronyos bah bemo yang kehilangan kendali. Lalu?kakek mengapa berkata pergilah ?”tanya Badrun penasaran”. Haduh, Badrun.. Badrun pergilah itu maksud kakek, ambillah kesempatan emas itu, Badrun. “Jelas sang kakek pada Badrun”.

Seketika Badrun hilang kendali, ia loncat kehadapan sang kakek seperti katak menemukan umpannya. Dipegang tangan sang kakek sambil berteriak “I love you my grand fa” “Badrun berbicara sefasih-fasihnya dengan bahasa barat”
Makasih kek, makasih kek “cium Badrun tak hentinya pada telapak tangan sang kakek”. Dipeluknya ia oleh sang nenek yang menghampiri.

Bercampur haru seketika. Lupalah sudah kejadian tagihan hutang Mba Beti, omelan Mas Kempot dan juga kejadian botol dijalan yang kuingat kini suara Satria saat menginformasikan beasiswa tersebut “bisikku dalam hati”

Bismillah… Nenek dan kakek akan selalu mendukung segala keinginanmu, usaha dan tekadmu akan terbalaskan.”Ujar sang nenek haru”

Jadi, nenek dan kakek meridhoi dan merestui Badrun untuk mencoba beasiswa sekolah pilot itu? “decak Badrun riang gembira seakan ia sedang berseluncur pada indahnya pelangi” angguk keduanya kompak.

Keesokan harinya saat Badrun mau pergi ke ladang. Badrun bertemu dengan satria. Badrun pun menceritakan semua tentang beasiswa di Jakarta. Wah.. semangat terus Badrun. “Ucap semangat Satria dipagi hari saat mendengarkan ceritaku”. Terimakasih ya Sat, karena selalu mensupport ku.”tepukku pada bahu temanku”

calm.. keep enjoy drun sama sayamah. “Ujar Satria sembari menunjukkan jari kepada wajahnya” ialah, kamumah ter the best. “Jelasku”. Good luck sob “lambainya sembari jalan menjauh dariku”. Kulambaikan balik kepadanya mengartikan sampai jumpa.

Kususuri jalanan menuju ladang, kupikirkan strategi kedepannya. Ridho dan restu keluarga sudah kudapat. Ayah ibu tunggu aku. “Ucapku lirih dalam hati”

Krreeekkk…prannk…awww

Cerita selanjutnya

Tinggalkan komentar